GURUPAKA

Blog Orang Tua yang ingin mengenalkan kepada anaknya Dasar-Dasar Agama


Panca Yajna Lima Bentuk Pengorbanan Suci Manusia




Yajña berasal dari bahasa Sansekerta, dari akar kata Yujberarti memuja, mempersembahkan, korban. Yajña artinya suatu perbuatan yang dilakukan dengan penuh keikhlasan dan kesadaran untuk melaksanakan persembahan kepada Tuhan.
Sarana yang diperlukan sebagai perlengkapan sebuah Yajña disebut dengan istilah Upakara
Yajña berarti persembahan, pemujaan, penghormatan, dan korban suci. Yajña adalah korban suci yang tulus iklhas tanpa pamrih. Yajna atau korban suci ini dibedakan menjadi lima, yaitu:

a. Dewa Yajña
Yajña jenis ini adalah persembahan suci yang dihaturkan kepada Sang Hyang Widhi dengan segala manisfestasi-Nya.
Contoh Dewa Yajña dalam kesehariannya, melaksanakan puja Tri Sandya, sedangkan contoh Dewa Yajña pada hari-hari tertentu adalah melaksanakan piodalan/puja wali di pura, hari raya Sivaratri, Saraswati, dan lain sebagainya.
Dalam Bhagawadgita IV.12 disebutkan :

“kāòksanta karmaṇāṁ siddhiyajanta iha devatāá,
kiprahi mānue loke siddhir bhavati karma-jā

Terjemahannya:
Mereka yang menginginkan keberhasilan yang timbul dari karma, berYajña
di dunia untuk para deva, karena keberhasilan manusia segera terjadi dari karma,
yang lahir dari pengorbanan.

b. Rsi Yajña
Rsi Yajña adalah korban suci yang tulus ikhlas kepada para Rsi. Mengapa Yajña ini dilaksanakan, karena para Rsi sudah berjasa menuntun masyarakat dan melakukan puja surya sewana setiap hari. Para Rsi telah mendoakan keselamatan dunia alam semesta beserta isinya. Bukan itu saja, ajaran suci Veda
juga pada mulanya disampaikan oleh para Rsi.
Para Rsi dalam hal ini adalah orang yang disucikan oleh masyarakat. Ada yang sudah melakukan upacara dwijati disebut Pandita, dan ada yang melaksanakan upacara ekajati disebut Pinandita atau Pemangku. Umat Hindu memberikan Yajña terutama pada saat mengundang orang suci yang dimaksud untuk menghantarkan upacara Yajña yang dilaksanakan.
 67
c. Pitra Yajña
Korban suci jenis ini adalah bentuk rasa hormat dan terima kasih kepada para Pitara atau leluhur karena telah berjasa ketika masih hidup melindungi kita. Kewajiban setiap orang yang telah dibesarkan oleh leluhur untuk memberikan
persembahan yang terbaik secara tulus ikhlas. Ini sangat sesuai dengan ajaran
suci Veda agar umat Hindu selalu saling memberi demi menjaga keteraturan
sosial. Contoh upacara pitra yajna adalah ngaben/kremasi.

d. Manusa Yajña
Manusa Yajña adalah pengorbanan untuk manusia, terutama bagi mereka yang memerlukan bantuan. Umpamanya ada musibah banjir dan tanah longsor. Banyak pengungsi yang hidup menderita. Dalam situasi begini, umat Hindu diwajibkan untuk melakukan Manusa Yajña dengan cara memberikan sumbangan makanan, pakaian layak pakai, dan sebagainya. Bila perlu terlibat langsung untuk menjadi relawan yang membantu secara sukarela.
Dengan demikian, memahami Manusa Yajña tidak hanya sebatas melakukan
serentetan prosesi keagamaan, melainkan juga donor darah dan membantu orang
miskin juga Manusa Yajña.
Namun, Manusa Yajña dalam bentuk ritual keagamaan juga penting untuk
dilaksanakan. Karena sekecil apapun sebuah Yajña dilakukan, dampaknya
sangat luas dan mempengaruhi berbagai aspek kehidupan. Umpamanya, kalau
kita melaksanakan upacara potong gigi, maka semuanya ikut terlibat dan
kena dampak. Untuk upacara Manusa Yajña, Agama Hindu mengajarkan agar
dilakukan dari sejak dalam kandungan seorang ibu. Ada beberapa perbuatan
yang diajarkan oleh Veda sebagai bentuk pelaksanaan dari ajaran Manusa Yajña,
antara lain:
a. membantu orang tua, wanita atau anak-anak yang menyeberang jalan dalam kondisi lalu lintas sedang ramai;
b. menjenguk dan memberikan bantuan teman yang sakit;
c. melakukan bakti sosial, donor darah, dan pengobatan gratis;
d. memberikan tempat duduk kita kepada orang tua, wanita atau anakanak ketika berada di dalam kendaraan umum;
e. memberikan sumbangan beras kepada orang yang tak mampu;
f. membantu memberikan petunjuk jalan kepada orang yang tersesat;
g. membantu fakir miskin yang sangat membutuhkan pertolongan; 69
h. membantu teman atau siapa saja yang sedang terkena musibah bencana alam, kerusuhan atau kecelakaan lalu lintas; dan
i. memberikan jalan terlebih dahulu kepada mobil ambulan yang sedang membawa orang sakit.

Semua perilaku ini wajib dilatih, dibiasakan, dan dikembangkan sebagai
bentuk pelaksanaan Manusa Yajña. Dalam konteks ini, Manusa Yajña tidak
berarti hanya melakukan upacara saja, tetapi juga termasuk membantu orang.

e. Bhuta Yajña
Upacara Bhuta Yajña adalah korban suci untuk para bhuta, yaitu roh yang tidak nampak oleh mata tetapi ada di sekitar kita. Para bhuta ini cenderung menjadi kekuatan yang tidak baik, suka mengganggu orang.
Contoh upacara bhuta Yajña adalah masegeh, mecaru, tawur agung, panca wali krama.
Tujuan bhuta Yajña adalah menetralisir kekuatan bhuta kala yang kurang baik
menjadi kekuatan bhuta hita yang baik dan mendukung kehidupan umat manusia.

Doa Hindu : Mendengar atau Melihat Orang Meninggal





“ Om svargantu, moksantu, sunyantu, murcantu
Om ksama sampurna
Ya namah svada “

Artinya :
Om Sang Hyang Widhi Wasa, semogalah arwahnya mencapai sorga, manunggal dengan-Mu, mencapai keheningan, tempat tanpa suka duka.

Sloka Bhagawadgita I.11





Bhagawadgītā I.11

ayaneṣu ca sarveṣu
yathā-bhāgam avasthitāḥ,
bhīṣmam evābhirakṣantu
bhavantaḥ sarva eva hi.


“ Semuanya siap tegak dalam barisan masing-masing dalam divisi yang dipimpin oleh Bhīṣma, masing-masingnya untuk Tuanku ”.



Sloka Bhagawadgita I.10





Bhagawadgītā I.10

aparyāptaṁ tad asmākaṁ
balaṁ bhīṣmābhirakṣitam,
paryāptaṁ tv idam eteṣāṁ
balaṁ bhīmābhirakṣitam.


“ Pasukan kita yang dipimpin oleh Bhīṣma sungguh tak terkirakan banyaknya, sedangkan besar pasukan mereka di bawah komando Bhīma, dapat diperkirakan ”.



Sloka Bhagawadgita I.9





Bhagawadgītā I.9

anye ca bahavaḥ śūrā
mad-arthe tyakta-jīvitāh,
nānā-śastra-praharanāh
sarve yuddha-visāradāḥ.


“ Dan perwira lain yang setia, mempertaruhkan jiwa mereka untuk saya, sama-sama bersenjata lengkap aneka warna, yang semuanya ahli dalam peperangan ”.

Doa Hindu : Menyembelih Hewan





“ Om pasu pasa ya vihmahe sira cedaye dimahi,
tanno jivah pracodayat “

Artinya :
Om Sang Hyang Widhi Wasa, hamba meyembelih hewan ini, semoga jiwanya menjadi suci.

Sloka Bhagawadgita I.8





Bhagawadgītā I.8

bhavān bhīṣmaś ca karṇaś ca
kṛpaś ca samitiṁ-jayah,
aśvatthāmā vikarṇaś ca
saumadattis tathaiva ca.


“ Yang terhormat paduka sendiri, Bhīṣma dan Karṇa, kemudian Kṛpa, yang sama-sama jaya dalam perang; demikian juga Aśvatthāmā, Vikarṇa dan Somadattaputra ”.

Sloka Bhagawadgita I.7





Bhagawadgītā I.7

asmākaṁ tu viśiṣṭā ye
tān nibodha dvijottama,
nāyakā mama sainyasya
saṁjñārthaṁ tān bravīmi te.


“ Ketahuilah, mereka (sebagai) pemimpin-pemimpin pasukan kami, untuk diketahui saya sebutkan mereka, yang pertama adalah paduka, Pendeta utama ”.

Sloka Bhagawadgita I.6





Bhagawadgītā I.6

yudhāmanyuś ca vikrānta
uttamaujāś ca vīryavān,
saubhadro draupadeyāś ca
sarva eva mahā-rathāh.


“ Yudhāmanyu yang pemberani, Uttamauja yang gagah berani, putera-putera Subhadrā dan Draupadī, sesungguhnya semuanya ahli perang kereta ”.

Back To Top